Sabtu, 12 Agustus 2017 lalu, tim Aksi Traktir Makan Dhuafa (ATM Dhuafa) kembali beraksi, antara lain di pasar dekat Stasiun Klender, Jakarta Timur. Di sana kami bertemu Pak Amir, seorang pemulung yang hingga jam 9 malam masih bekerja, mengenakan kaos berkerah, celana bahan dan topi hitam.
Menurut pengakuannya, Pak Amir masih sebulan tinggal di Jakarta. Dia meninggalkan keluarganya di daerah Banjar, Jawa Barat, karena merasa tak ada yang bisa dilakukan di kampung halaman.
“Di sana sulit cari kerja,” ujarnya.
Maka, Pak Amir pun merantau ke Jakarta, hidup sebagai pemulung, dengan penghasilan sekitar Rp 40.000 perhari.
“Anak pertama saya sudah SMK. Alhamdulillah, sekolahnya gratis,” ujar beliau sambil tersenyum.
Pak Amir mengaku enjoy selama tinggal di Jakarta, walau dengan penghasilan yang belum seberapa.
Ya, seberapa sulit pun hidup di Jakarta, Pak Amir merasa harus bertahan, karena ia punya tanggung jawab untuk menafkahi keluarga.
Saat bertemu Pak Amir, tim ATM Dhuafa menawarkan untuk makan bareng di sebuah warung. Namun dia minta agar nasinya dibungkus saja. Maka kami hanya punya waktu sebentar untuk ngobrol, yakni saat menunggu nasi pesanannya tiba.
Sekadar info, ATM Dhuafa adalah program unik dan inovatif dari Akrom Foundation, diselenggarakan secara rutin setiap Sabtu malam di kota Jakarta, Sukabumi, Purwakarta, Bandung, Kabupaten Bandung, dan Depok. Kota-kota lain insya Allah segera menyusul.
(jru/tono)